Sontak aku jawab, "Mau."
"Kalau muat kamu ikut. Kalau nggak muat ya anakmu saja, Fatich yang ikut. Nanti aku pangku."
"Oh."
Dibilangin gitu, jelas harapanku kempes. Udah negatif thinking duluan. Kayaknya mustahil aku diikut sertakan. So.. paginya aku enggak siap-siap. Sama sekali.
Aku hanya mendadani putraku dan menyiapkan handuk, baju ganti, peralatan mandi ama uang saku. Jam 7 pagi tepat aku anterin ke rumah Pak Lekku.
Eh nggak tahunya jam 7.30 anakku datang "Bu bisnya udah datang. Ibu siap-siap."
"Hah!" Aku jejeritan kalang kabut. Jantungku seperti mau lompat karena serangan panik. Cepat-cepat mandi dan nyelesein nyucinya. Untungnya, dalam waktu setengah jam dengan kecepatan kilat aku berhasil mandi, dandan, nyiapin barang-barangku sekalian jemur pakaian. Itu record. Karena biasanya aku butuh waktu sejam untuk mandi plus nyuci.
Dan, untungnya yang nyiapin bekal masakan untuk kami sarapan nanti gagal, jadi aku punya tambahan waktu ekstra.
Jam 9 tepat akhirnya kami serombongan berangkat. Kami dibagi menjadi dua. Ada yang naik bis dan ada yang naik mobil. Aku termasuk yang naik bus. Jumlahnya ada 30 orang termasuk sopir.
Sepanjang jalan, ada tiga orang anak yang mabuk. Biar nggak mabuk Fatich aku larang lihat. Biar nggak ketularan.
Jam 10 kami sampai di pantai Karang Jahe. Kami bayar tiket Rp 25.000,00
Kami langsung menyerbu pantai. Kami menyewa 3 perahu karet. Anak-anak sibuk naik perahu karet di perairan yang dangkal. Jika udah menuju tempat yang agak dalam, aku menyuruh mereka balik. Aku kan nggak bisa berenang. Begitu pula anak-anak. Kalau tenggelam gimana?
Habis itu naik kapal nelayan mengelilingi pantai Karang Jahe dari ujung ke ujung, tapi hanya pada perairan dangkal. Kira-kira sedalam pria dewasa.
Ada penjelasan singkat sang juru kemudi kapal. Ia nunjul kayu terapung yang dihiasi bendera merah putih. Warna lautnya berbeda dengan sekitarnya. Warnanya cokelat muda.
"Itu dulunya jalan darat yang jadi penghubung antara Jawa dan Kalimantan."
Berarti teori jika Indonesia dulunya satu daratan dengan Malaysia itu mungkin ada benarnya.
Usai naik kapal, kami nyari kerang, bintang laut, dan karang. Cangkang kerang nemu banyak. Aku ketemu kol nenek (keong laut) yang masih hidup. Ada juga ubur-ubur laut yang masih hidup warna putih. Kami berhati-hati biar nggak terkena sengat karena berakibat gatal dll.
Sayangnya kami nggak nemu bintang laut. Kerang hijau juga nggak kelihatan. Beda dengan yang Pantai Kartini ada banyak menempel pada batu karang besar yang ada menghiasi pantai.
Meski tanpa karang yang cantik yang jadi ciri khas sebuah pantai, Pantai Karang Jahe tetap mempesona. Pantainya putih bersih dihiasi tanaman cemara yang berbaris rapi sepanjang pantai. Yang membuatku terkesan, pantainya bersih dan rutin dibersihkan. Jadi nyaman buat main.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar