Kamis, 13 Agustus 2015

PARADE BARONGAN




 

 
Biasanya tiap 17-an Agustus, masyarakat Blora merayakannya dengan karnaval, iring-iringan peserta berpakaian adat dari suku-suku yang ada di seluruh Indonesia, membuat berbagai macam bentuk teknologi terbaru seperti pesawat terbang, kereta kencana, dll. Tapi tahun ini berbeda. Tahun ini HUT Kemerdekaan RI dirayakan dengan parade barongan saja.

            Kenapa ngambil tema Barongan dan bukannya pekan budaya dan bhineka tunggal ika seperti biasanya, usut punya usut ternyata ada hubungannya dengan PILKADA yang sudah dekat. Pertimbangan Pilkada membuat mereka memilih untuk mengadakan parade barongan yang tidak banyak makan biaya, waktu, dan tenaga, tapi tetap meriah. Sekalian juga promosi budaya Barongan dari Blora.

            Well memang sih, barongan itu bukan milik Blora saja, tapi hampir di tiap daerah Jawa Tengah-Timur ada beberapa budaya yang 11-12 dengan Barongan juga. Akan tetapi, barongan Blora memiliki ciri khas yang membedakannya dengan daerah lain sehingga cap Barongan milik Blora dianggap sah.


            Ntar, para peserta berpakaian ala barongan, sedikit menunjukkan atraksi kebolehan dalam bermain barongan untuk dinilai para juri lalu jalan kaki dari Alun-alun sampai GOR. Kabarnya parade Barongan ini diikuti oleh sekolah-sekolah dari tingkat SMP hingga SMU seluruh Kabupaten Blora. Otomatis jalanan nanti bakal ramai banget. Pantas dalam spanduknya disebut Banjir Barongan.

            Sebagai pencinta Blora, aku pasti nonton. Mungkin aku nanti nonton di depan klenteng seperti biasanya, atau langsung di depan SMP 6, sekalian liat atraksinya. Lihat ntar ajalah.

           

Selasa, 04 Agustus 2015

GADESO HARI JADI DUKUH KRABYAKAN

Hari Jadi dukuh tempat kami tinggal sebentar lagi tiba. Perangkat desa sudah bersiap menyambut hari ulang tahun dukuh kami yang entah yang keberapa. Mereka sudah rrapat mengenai kegiatan apa saja yang akan kami lakukan. Apapun kegiatannya yang paling utama pasti acara pertunjukan Ketoprak. Oh itu sudah wajib hukumnya. 
Konon, dari cerita para pendahulu kami, si Bahurekso pelindung desa kami yang tinggal di salah satu pohon di dekat sumur tua di sebelah utara kampung, selalu minta diadakan pertunjukan ketoprak jika hari jadi dukuh kami tiba. Jika tidak? Akan dipastikan, ia akan berbuat ulah macam-macam dan nantinya akan mencelakakan para penduduk desa.

Kami Lebay???

Oh, tidak. Kami tidak lebay. Kami bicara berdasarkan fakta. Dari hasil penelusuran amatir pembimbing kami didapat beberapa fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya. (dari cerita para tetua yang hidup kala itu dan satu sama lain tidak ada perbedaan. Jadi bisa dijamin kebenarannya. Baca niru metode periwayatan hadits gitu ceritanya):

1. Pernah diadakan acara tanggapan pengajian dan mengundang salah satu Kyai untuk mengisi acara Gadeso. Beberapa hari kemudian ada salah satu penduduk desa seorang wanita berinisial S dikabarkan gila. 

2. Pernah diadakan pertunjukan wayang kulit. Eh, dalangnya malah diceburin si jin penunggu desa ke sumur setelah sebelumnya dicekik dan tenggorokannya sampai benjol.

Berdasarkan fakta itulah, Pasti tahun ini pun acara utamanya akan ada ketoprak lagi.
Kalau udah gitu bisa dipastikan desa kami bakal ramai tuh. Hampir mirip seperti pasar malam. Apapun itu kami senang-senang aja. Kan jarang-jarang ada pertunjukan Ketoprak secara live di desa kami kalau tidak ada event Gadeso seperti ini.



Hanya satu hal yang membuat kami agak sedih. Kami kemungkinan besar, kami tak bisa ikut tampil dalam rangka partisipasi sumbangan anak-anak pada saat acara  -H nanti dikarenakan acaranya gosipnya dimulai jam 8. Waktunya terlalu mepet soalnya.

Padahal kami ingin tampil untuk menunjukkan eksistensi kelompok kami setelah sebelumnya kami berhasil menjadi salah satu pengisi acara perpisahan kelas 6 lalu. Tapi ya Sutralah. Kami masih bisa memanfaatkan event lainnya kan?